Kamis, 20 Juni 2013


Yoyoyo! It's been long time no see! Now I wanna post the short story I'd made several time ago. This is what I imagine about one of my friend's life in the future. Everything that I wrote here is just a fiction and my wish for them (everyone whose name is written here) so just enjoy it, guys :D

 Sepenggal Kisah saat Reuni

“Nah, Sella, sekarang waktunya makan siang. Ayo,”
Dengan lembut, Putri mendorong kursi roda dengan seorang gadis cilik bernama Sella di atasnya.Seiring langkahnya, Putri menyenandungkan lagu ‘ambilkan bulan bu’ yang diikuti oleh Sella          walau dengan pelafalan yang kurang jelas.Tak lama setelahnya, mereka sampai di sebuah ruangan bercat biru muda dengan aksen berupa bulatan dalam berbagai ukuran dan warna yang menghiasinya.
6 orang anak sudah memenuhi ruangan itu, duduk di tempat masing- masing. Di hadapan mereka terhidang makan siang dalam piring berbahan dasar plastik bergambar tokoh kartun serta segelas susu. Saat melihat Putri melintas masuk, beberapa dari mereka menyorakkan namaPutri. Putri pun tersenyum dan melambai ke seisi kelas. Setelahnya, ia menempatkan Sella di baris ke dua.
“Sebelum makan, kita harus apa dulu?”Putri bertanya sambil menengadahkan kedua tangannya.
“Berdoaaaa”
“Oaaaa”
“Aaaa”
Berbagai macam suara pun bermunculan. Namun intinya sama, mereka mengucapkan ‘berdoa’. Akhirnya mereka pun berdoa.Setelah itu, dibantu pengawas masing- masing, mereka menyantap hidangan yang disediakan.
Putri tersenyum melihat kelakuan murid- muridnya.Mungkin bagi sebagian orang, kondisi murid- muridnya sangatlah merepotkan.Tapi bagi Putri, mereka tak ubahnya anak- anak lain yang normal.Penuh keceriaan dan butuh kasih sayang.Itulah yang menyebabkannya mengambil jalan hidup sebagai seorang guru SLB.
Ya, setelah menempuh 4 tahun pendidikan di jurusan PLB, sat ini Putri sudah resmi menjadi guru di salah satu SLB di kota Malang. Di usianya yang ke 24, ia sudah mampu menghidupi diri sendiri dengan pendapatanya sebgai seorang guru. Saat teman sebayanya sibuk hang out, shopping, merawat diri, dan melakukan hal- hal lainnya, Putri mendedikasikan hidupnya untuk membantu sesama.
Drrrt drrrrt drrrrt
Putri gelagapan saat mendengar HPnya bergetar. Dengan panik, ia mengobrak abrik sekitarnya untuk mencari benda kecil itu.
Ketemu!Seru Putri dalam hati.Ini nih efek ngelamun. Sekali dengar suara langsung bikin jantung copot.
Putri memegang ponselnya dengan tangan kanan dan melihat caller ID yang terpampang di layarnya.Sebentuk senyum pun merekah di bibirnya. Dengan cepat, ia menekan tombol hijau yang ada di ponselnya. Sambungan pun terhubung.
“Assalamualaikuuuuum!” seru suara di seberang sana.
“Waalaikumsalam!Sombong nih nggak pernah kasih kabar!”
“Hehe sori, banyak kerjaan.Pas lagi senggang, eh pulsaku habis. Sori, sori…”
Putri mendengus pelan,”Kamu tetep aja nggak berubah Wik! Walau udah punya penghasilan sendiri tapi tetep aja bokek pulsa.Gimana kabar?”
“Hehe, alhamdulillah, I’m fine, thanks. Kamu? Eh ada kabar bagus nih!”
“Aku juga baik, alhamdulillah. Kabar apa? Kamu melahirkan?”
Putri cengengesan sambil membayangkan lawan bicaranya         Dewi, temannya di SMA dulu     melongo sambil menautkan alisnya. Temannya yang satu itu memang hobi mengeluarkan wajah- wajah freak saat diberi pertanyaan- pertanyaan yang menurutnya aneh.
“Woy! Gimana mau melahirkan kalau tiap hari aku pacaran samasampah rumah tangga bentuk plastik, kain perca, dan bahan untuk pupuk kompos? Huuu!”
“Iya, iya, maaf.Ciyee yang jomblo, bawaannya emosi melulu!”
Terdengar gelak tawa Dewi di seberang sana. “Udah, udah. Like you’re not single aja! Good news nih, fresh from the oven! Bakal ada reunian SMA, Put!”
Putri diam, menunggu lanjutan pengumuman dari temannya itu.
“Rencananya dua minggu lagi. Nah, semua alumni dari seluruh angkatan bakalan dateng, termasuk si dia tuuuuh! Ihiiir!”
“Si dia siapa?” tanyaPutri. Meskipun dia tahu pasti siapa yang dibicarakan oleh Dewi.
Siapa lagi kalau bukan Frendy?Orang yang memenuhi benaknya selama ini.memang sebelumnya dia pernah menyukai beberapa cowok, tapi hanya Frendy lah yang melekat kuat di ingatannya. Juga di hatinya.Bisa dibilang, dia itu cinta matinya Putri.
Di seberang sana, Dewi terus berbicara mengenai teman- teman SMA mereka. Ada Elza yang sukses jadi anggota boyband bernama ‘Ngondekers’, ada Robiatul yang jadi guru matematika, ada Peni yang menempati posisi sip di salah satu perusahaan di bidang advertisement,ada yang jadi politikus,  sayangnya nggak ada yang jadi peternak jenglot.
Dewi juga menjelaskan pada Putri saat dirinya bertemu Frendy di daerah Batu. Menurut Dewi, Frendy sudah menempati posisi bagus di PLN. Selain posisinya yang bagus, casingFrendy pun menjadi lebih bagus. Body tambunnya berubah jadi body model susu L- men. Kaos oblong dan jeans yang dulu selalu menemani berubah jadi setelan kemeja dan celana kain plus jas dan dasi.
“Pokoknya Frendy berubah deh Put! Awalnya aku juga nggak sadar siapa dia, tapi pas ngeliat dia nyengir, aku jadi sadar kalau itu si Frendy.Pas aku ajak reuni, dia bilang oke. Haha” Dewi ngakak sejenak sebelum menutup pembicaraan,”Eh bro, udah ya, provider kita beda nih. Pulsaku pasti tinggal puluhan rupiah, assalamualaikum.”
Dan sambungan pun terputus.Putri menjawab salam Dewi sambil senyum senyum sendiri. Membayangkan Frendy dalam setelan kantoran sudah membuat Putri mabuk kepayang. Bukannya matre atau apa, tapi kalau memakai pakaian seperti itu, pati Frendy kelihatan lebih dewasa. So damn cool gitu.
Siang begitu cerah.Mentari bersinar terik.Dari kejauhan, tampak seorang wanita berjilbab sedang mengejar bocah berusia sekitar 6 tahun.
“Willy! Willy! Jangan kesana, nak! Ayo sini,”
Dengan terengah, Putri mencoba mengejar Willy.Pandangannya hanya terfokus pada Willy.Tiba- tiba Willy terjatuh setelah sebelumnya menabrak seseorang.Putri pun memekik dan menghampiri Willy.
“Willy? Kamu nggak apa- apa nak?” Putri membantu Willy berdiri, lalu meminta maaf pada orang di hadapannya,”Maaaf, Anda nggak apa- ap…”
Kata- kata Putri terputus saat menyadari siapa yang ada di depannya.Frendy. Ini benar- benar Frendy!
“Assalamualaikum Putri! Gimana kabar?” sapa Frendy.
Bukannya membalas salamFrendy, Putri malah melongo seperti ikan koki.
“Hei, kamu nggak apa- apaPut? Masa kamu lupa sama aku? Aku FrendyPut, Frendy Vernanda!”
Iya, aku tahu kamu Frendy. Ya ampun, walau Eyang Subur transgender pun aku bakal tetap mengenalimu,Frendy!Ujar suara hati Putri.
“Putri?Aku dengar dari teman- teman kalau kamu kerja di sini.Berhubung aku lagi di Malang, ya aku mampir aja.Put? Kamu nggak mau ngomong sesuatu?”
Masih sama, Putri masih melongo sambil memegangi Willy yang mencoba berlarian seperti tadi.
“Put? Aku masih nyimpan sarung yang kamu kasih.Tiap sholat selalu kupakai.Video stop motion buatanmu juga aku taruh di laptop.Kalau suntuk selalu kubuka.Berkali- kali.”
Akhirnya, Putri membuka suara,”Peni.”
“Apa?”
“Yang bikin itu Peni, aku cuma ngumpulin foto sama merancang aja.”
“Tetep aja itu buah pemikiranmu Put. Kamu datang ‘kan pas reunian ntar?”
Putri mengangguk.
“Baguslah.Sama siapa?”
Putri memandangi Frendy.Saat ini, wajah Frendy terlihat gelisah. Harap- harap cemas seperti ABG yang abis menyatakan cinta dan menunggu jawaban dari sang pujaan hati. Putri pun tergelitik untuk menjahili Frendy.
“Ehm… sama... sama siapa ya?”
“Kamu… udah punya pacar?”Frendy tampak kecewa.
“Kasih tau nggak yaaa?”
“Basi tau!”Frendy merengut.“Masa kosakata jaman purba gitu masih kamu pake?”
Putri terkekeh, lalu menggelengkan kepalanya.“Aku sendirian kok, mau sama siapa lagi?”
Entah hanya halusinasi atau efek permainan cahaya mentari, tapi sejenak tadi Putri melihat binar di mata Frendy.Lalu Frendy menyunggingkan senyum. Dengan sebelah tangan, Frendy menggaruk kepalanya, walau baru beberapa jam yang lalu ia mandi dan keramas. Jelas kelihatan kalau dirinya sedang gugup.
“Ehm… Put? Mau pergi ke reuni bareng nggak?Aku jemput di rumahmu.”Putri menatap Frendy sambil mengerutkan kening dan mengulum senyum , membuat Frendy makin salah tingkah dan mengarang alasan- alasan pendukung, “Lumayanlah Put, kamu nggak perlu keluar biaya buat bensin. Plus nggak perlu capek- capek nyetir. Plus aku traktir dinner juga            itu kalau kamu mau.”
Senyum Putri pun merekah.Makin lebar dan makin lebar.Nyaris sampai ke telinganya.Lalu Putri memamerkan jempolnya tanda setuju.Awalnya Frendy terperangah, kemudian tertawa pelan.Dengan berbunga- bunga, dia meminta nomor ponsel Putri.
Sesuai janjinya, Frendy menjemput Putri di rumahnya. Dengan sopan, ia memperkenalkan diri ke seluruh anggota keluarga Putri. Perkenalan dimulai dari Ayah Putri, lalu Mamanya, berlanjut ke adik laki- laki dan adik perempuan Putri.Dengan tak kalah sopannya, Frendy meminta ijin untuk mengajak Putri ke acara reuni SMA mereka, SMAN 9 Malang.
Karena sikap sopan santun yang ditunjukkan Frendy.Ditambah penampilanrapi Frendy yang mencerminkan kepribadian baiknya, kedua orang tua Putri pun memperbolehkan Frendy mengajak Putri keluar.Tak lama, Frendy berpamitan untuk berangkat.Diiringi Putri yang saat ini tampil cantik dengan gaun berwarna ungu muda lengkap dengan hijab warna senada.Sebuah bros berbentuk bunga disematkan di sisi kiri hijabnya.
“You’re so beautiful, Put.”
Putri tercengang.Bukan hanya karena kata- kata Frendy, tapi juga karena heran.Bisa- bisanya Frendy yang dulu nggak mahir memuji, apalagi urusan memuji penampilan cewek, sekarang dengan santainya mengucapkan hal seperti itu.Aktu memang bisa mengubah segalanya, termasuk sikap manusia.
“Eh, aku salah bicara ya? Sorry, Put. Nggak  maksud gitu. Bukannya mata keranjang, tapi aku..”
Putri mengibaskan tangannya dan memasang senyum. “Santai aja kali Ver. Hahaha”
Hahahaha! Bisa- bisanya kamu ketawa padahal jantungmu lagi shuffle- ing gini Put!Putri berbicara dalam hatinya.
Dan mobil pun melaju dengan diiringi lagu favorit Putri semasa SMA dulu, Christina Perri- Thousand Years.
Sayup- sayup terdengar alunan musik yang lembut saat Frendy dan Putri tiba di SMA mereka.Dengan takjub, mereka pun melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah setelah sebelumnya memarkir mobi di tempat yang disediakan.Kilasan memori berkelebat di benak Putri. Mulai awal ia menginjakkan kaki di SMA ini, awal ia menjalani MOS, masuk kelas X 5, lalu berlanjut ke XI IPA 2       kelas tercinta yang telah mempertemukannya dengan Frendy, sampai ia dan Frendy berada di XII IPA 4.
Suara- suara gelak tawa, atmosfer penuh keceriaan, semuanya memenuhi ingatan Putri.Saat- saat bahagia bersama teman- teman.Saat- saat frustrasi saat nilai nggak sesuai ekspektasi.Saat- saat galau ketika Frendy tak memberi tanggapan yang dia harapkan setelah Putri memberi kado padanya.Semuanya berebutan muncul di benak Putri.
“Putriii! Ciyeee! Berduaan nih ceritanya!”
Putri dan Frendy menoleh ke arah kiri.Tak jauh dari tempat mereka, ada seorang cewek berjilbab yang sedang melambaikan tangan dengan bersemangat.Di sampingnya, berdiri seorang cowok yang terlihat bagai Adonis.Dengan langkah cepat, cewek tadi menghampiri Putri dan Frendy.Cowok yang di sampingnya pun menyusul dengan langkah lebar.
“Sihiy! PJ-nya mana nih? Pizza Hut sounds good!” seru cewek tadi sambil menyalamiFrendy dan Putri.
“Pizza Hut dari Papua?”Putri meringis,”Kamu kok jadi kurang gizi gini, Non Dewi?”
Dewi nyengir,”Efek kerja.Perasaan dari dulu aku emang udah slim deh.Hehe!”
“Huuu!Padahal dulu badannya segede bagong!”
“Kayak kamu nggak aja! Eh kamu juga jadi kayak lidi gini? Wah trio obe nggak ada lagi nih,” Dewi merengut lalu mengutak atik ponselnya. “Nih liat, si Arie juga jadi kayak lidi. Bah! Nggak ada video- video lypsinc bayi sehat lagi nih!”
“Hahaha”
“Wik, anak- anak mana?”Frendy melongokkan kepala ke sana kemari.
“Anak- anak yang mana nih?” Dewi menaik turunkan alisnya dengan gaya jahil,”Jamaah centro or anak kelas?”
“Dua- duanya,”
“Pada di aula          mayoritas sih. Yang lain keliling- keliling. Gila, baru ditinggal beberapa saat aja ini sekolah jadi kayak istana gini. Kalian harus liat kelas kita dulu, guys. Keren banget.Ada lukisannya di langit- langit.”
“Ehm” Putri berdeham.Mengundang tatapan dari ketiga orang di dekatnya. “Cowokmu nggak dikenalin nih Wik?”
“Haaa?Cowok apaan?”Dewi memandang Putri dengan pandangan malas,”Ini Girindra Janitra      Rindra. Rindra, ini PutrisamaFrendy,”
Mereka bertiga pun bersalaman sambil menyebut nama masing- masing. Kemudian, Dewi dan Rindra pergi ke aula.Meninggalkan Frendy dan Putri berduaan lagi.Mereka berdua pun memutuskan untuk berjalan- jalan keliling sekolah sambil membicarakan kehidupan mereka masing- masing.
“Yaa di sana sibuk terus.Jadinya ya lemakku luruh semua, Put.”
“Sama, ngurusin anak- anak yang gesit- gesit gitu juga menguras tenagaku Ver. Lihat si Willy kemarin ‘kan? Gila, larinya kayak Bouraq! Tapi aku seneng, keceriaan mereka menular sih,”
“Put, aku boleh nanya nggak?”
Putri mengalihkan pandangannya dari dinding di sebelahnya ke arah Frendy. Kemudian ia mengangguk.
“Kamu kok mau jadi guru SLB sih?Padahal banyak orang ogah?”
“Frendy, ini panggilan hidup aku.Oke, awalnya aku hanya ingin meneruskan jejak ortu.Tapi akhirnya aku sadar, kalau aku ingin mengabdikan hidup buat mereka.karena sama seperti manusia lain, mereka juga punya kelebihan masing- masing. Nggak boleh dipandang sebelah mata apalagi dianggap merepotkan. Aku suka kok berada di sekitar mereka, walau dengan risiko badan serasa remuk saat mengejar murid- murid kayak Willy. Aku ikhlas Ver,”
Frendy terperangah mendengar jawaban Putri.Ia kagum dengan pribadi Putri yang sangat peka sosial. Kini, sosok Putri yang dulunya suka locat sana sini dan ambil foto Selca (self camera) berubah jadi Putri dewasa yang anggun dan keibuan.
“Put..”
“Hm?” sahut Putri tanpa mengalihkan pandangannya dari bangunan SMA 9.
“Put… hadap sini dong,”
Putri pun berhenti melangkah dan menghadap ke arah Frendy.Frendy yang berada di hadapannya terlihat berbeda.Sosok itu Nampak gugup dan sedang berusaha merangkai kata- kata.Berkali- kali bibirnya membuka seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian diurungkannya niatnya itu.Hal ini sukses membuat Putri penasaran. Hey, what’s going on?
“Maukah kamu menikah denganku?” ucap Frendy pada akhirnya.
Putri melongo.Lalu terkikik pelan.Hari gini, jaman 2019?Frendy mengucapkan kata sebaku itu?
“Kok kamu ketawa?”
“Kamu… bahasamu, Fren!Hahaha!”
“Put, aku serius. Aku sudah suka kamu sejak kelas XI Put.Aku suka keceriaanmu, guyonanmu.Semuanya. Bahkan aku suka saat kamu bikin kisah cerpen gilamu yang isinya tentang aku dan Dewi yang kamu post di Page-nya FEST. Walau agak geram juga sih.”
Putri speechless. Otaknya mencerna apa yang diutarakan Frendy dengan kecepatan yang setara sama bekicot pincang. Sangat amat lambat sekali.Pake banget.
“Aku senang pas kita bisa sekelas lagi pas kelas XII. Aku suka kamu seneng ada di dekatku, mau bantu aku bikin tugas ini itu, mau jawab smsku, pokoknya kamu selalu ada, Put. lama- lama, rasa suka itu berubah jadi sayang. Dan naik level jadi cinta. Aku seneng banget pas kamu ngasih sarung sama CD berisi stop motion itu. Tapi aku bingung harus nanggepi apa. Aku belum pernah diberi perlakuan seperti ini sebelumnya Put. aku nggak punya panduan,”
“Ver..”
“Sampai saat kita terpisah karena aku harus kuliah di Jakarta pun, aku masih cinta kamu Put. Masih ngerasa bersalah juga karena nggak memberi tanggapan seperti apa yang kamu harapin. Aku dengar dari teman- teman, kamu galau tingkat dewo,” Frendy terkekeh sendiri mendengar pilihan diksinya.Ia jadi ingat, sudah berapa lama dia nggak main Dota? “Aku bertekad untuk sukses dulu sebelum bertemu lagi denganmu. And now, here I am.”
“Ver…”
“Mau kan jadi istriku?Yah, emang aku bukan manusia romantis yang bisa bikin surprise bombastis unuk memikat hatimu.Aku bahkan belum beli cincin, soalnya aku ingin kamu sendiri yang milih. Tapi aku serius dengan ini semua Put. apa yang aku rasakan ke kamu benar adanya,” Frendy menghela napas sesaat sebelum melanjutkan,”Dan kurasa nggak ada alasan untukmu menolak. Kamu ‘kan masih jomblo.”
Putri menitikkan air mata.Akhirnya Allah mengabulkan doanya.Doanya sejak bertahun- tahun yang lalu.Alhamdulillah… Terima kasih Ya Allah… Terima kasih
“Eh Put, jangan nangis! Ntar orang ngeliat mengira aku ngapa- ngapain kamu.Put…”
“Pokoknya aku mau bikin bedroom unik.Di sekeliling tempat tidurnya ada kolam. Jadi kalau bangun tidur mau renang tinggal nyemplung aja.” Kata Putri sambil membolak- balik buku desain interior di pangkuannya.
“Hah? Nggak sekalian aja buka kolam pancing di situ?Lumayan uangnya bisa buattambah beli beras.”
Putri merengut lalu mencubit lengan Frendy.Mebuat Frendy mengerang kesakitan. Lalu, dengan sebelah tangan, ia merangkul bahu Putri.
“Bercanda, sayang. Terserah deh kamu mau bikin kamar kayak gimana. Yang ada danaunya juga oke.Asal nggak ada dinosaurusnya aja.”
Putri tersenyum lalu menggenggam tangan Frendy yang sejak sebulan lalu resmi jadi suaminya. Cincin di jari manis mereka berdua berkilau tertimpa cahaya matahari. Hati mereka pun berkilauan berkat cahaya cinta yang menyelimuti.
Tamat! Sihiyyy! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar