Yoyoyo! It's been long time no see! Now I wanna post the short story I'd made several time ago. This is what I imagine about one of my friend's life in the future. Everything that I wrote here is just a fiction and my wish for them (everyone whose name is written here) so just enjoy it, guys :D
Sepenggal Kisah saat Reuni
“Nah, Sella, sekarang waktunya makan siang. Ayo,”
Dengan lembut, Putri mendorong
kursi roda dengan seorang gadis cilik bernama Sella di atasnya.Seiring
langkahnya, Putri menyenandungkan lagu ‘ambilkan bulan bu’ yang diikuti oleh
Sella walau dengan pelafalan
yang kurang jelas.Tak lama setelahnya, mereka sampai di sebuah ruangan bercat
biru muda dengan aksen berupa bulatan dalam berbagai ukuran dan warna yang
menghiasinya.
6 orang anak sudah memenuhi ruangan
itu, duduk di tempat masing- masing. Di hadapan mereka terhidang makan siang
dalam piring berbahan dasar plastik bergambar tokoh kartun serta segelas susu.
Saat melihat Putri melintas masuk, beberapa dari mereka menyorakkan namaPutri. Putri
pun tersenyum dan melambai ke seisi kelas. Setelahnya, ia menempatkan Sella di
baris ke dua.
“Sebelum makan, kita harus apa
dulu?”Putri bertanya sambil menengadahkan kedua tangannya.
“Berdoaaaa”
“Oaaaa”
“Aaaa”
Berbagai macam suara pun
bermunculan. Namun intinya sama, mereka mengucapkan ‘berdoa’. Akhirnya mereka pun
berdoa.Setelah itu, dibantu pengawas masing- masing, mereka menyantap hidangan
yang disediakan.
Putri tersenyum melihat kelakuan
murid- muridnya.Mungkin bagi sebagian orang, kondisi murid- muridnya sangatlah
merepotkan.Tapi bagi Putri, mereka tak ubahnya anak- anak lain yang normal.Penuh
keceriaan dan butuh kasih sayang.Itulah yang menyebabkannya mengambil jalan
hidup sebagai seorang guru SLB.
Ya, setelah menempuh 4 tahun
pendidikan di jurusan PLB, sat ini Putri sudah resmi menjadi guru di salah satu
SLB di kota Malang. Di usianya yang ke 24, ia sudah mampu menghidupi diri
sendiri dengan pendapatanya sebgai seorang guru. Saat teman sebayanya sibuk
hang out, shopping, merawat diri, dan melakukan hal- hal lainnya, Putri
mendedikasikan hidupnya untuk membantu sesama.
…
Drrrt drrrrt drrrrt
Putri gelagapan saat mendengar
HPnya bergetar. Dengan panik, ia mengobrak abrik sekitarnya untuk mencari benda
kecil itu.
Ketemu!Seru
Putri dalam hati.Ini nih efek ngelamun.
Sekali dengar suara langsung bikin jantung copot.
Putri memegang ponselnya dengan
tangan kanan dan melihat caller ID yang terpampang di layarnya.Sebentuk senyum
pun merekah di bibirnya. Dengan cepat, ia menekan tombol hijau yang ada di
ponselnya. Sambungan pun terhubung.
“Assalamualaikuuuuum!” seru suara
di seberang sana.
“Waalaikumsalam!Sombong nih nggak
pernah kasih kabar!”
“Hehe sori, banyak kerjaan.Pas lagi
senggang, eh pulsaku habis. Sori, sori…”
Putri mendengus pelan,”Kamu tetep
aja nggak berubah Wik! Walau udah punya penghasilan sendiri tapi tetep aja
bokek pulsa.Gimana kabar?”
“Hehe, alhamdulillah, I’m fine,
thanks. Kamu? Eh ada kabar bagus nih!”
“Aku juga baik, alhamdulillah.
Kabar apa? Kamu melahirkan?”
Putri cengengesan sambil membayangkan lawan bicaranya Dewi, temannya di SMA dulu melongo sambil menautkan alisnya. Temannya yang satu itu
memang hobi mengeluarkan wajah- wajah freak saat diberi pertanyaan- pertanyaan
yang menurutnya aneh.
Putri cengengesan sambil membayangkan lawan bicaranya
“Woy! Gimana mau melahirkan kalau
tiap hari aku pacaran samasampah rumah tangga bentuk plastik, kain perca, dan
bahan untuk pupuk kompos? Huuu!”
“Iya, iya, maaf.Ciyee yang jomblo,
bawaannya emosi melulu!”
Terdengar gelak tawa Dewi di
seberang sana. “Udah, udah. Like you’re not single aja! Good news nih, fresh
from the oven! Bakal ada reunian SMA, Put!”
Putri diam, menunggu lanjutan
pengumuman dari temannya itu.
“Rencananya dua minggu lagi. Nah,
semua alumni dari seluruh angkatan bakalan dateng, termasuk si dia tuuuuh!
Ihiiir!”
“Si dia siapa?” tanyaPutri.
Meskipun dia tahu pasti siapa yang dibicarakan oleh Dewi.
Siapa lagi kalau bukan Frendy?Orang
yang memenuhi benaknya selama ini.memang sebelumnya dia pernah menyukai
beberapa cowok, tapi hanya Frendy lah yang melekat kuat di ingatannya. Juga di
hatinya.Bisa dibilang, dia itu cinta matinya Putri.
Di seberang sana, Dewi terus
berbicara mengenai teman- teman SMA mereka. Ada Elza yang sukses jadi anggota
boyband bernama ‘Ngondekers’, ada Robiatul yang jadi guru matematika, ada Peni
yang menempati posisi sip di salah satu perusahaan di bidang advertisement,ada
yang jadi politikus, sayangnya nggak ada
yang jadi peternak jenglot.
Dewi juga menjelaskan pada Putri
saat dirinya bertemu Frendy di daerah Batu. Menurut Dewi, Frendy sudah
menempati posisi bagus di PLN. Selain posisinya yang bagus, casingFrendy pun
menjadi lebih bagus. Body tambunnya berubah jadi body model susu L- men. Kaos
oblong dan jeans yang dulu selalu menemani berubah jadi setelan kemeja dan
celana kain plus jas dan dasi.
“Pokoknya Frendy berubah deh Put!
Awalnya aku juga nggak sadar siapa dia, tapi pas ngeliat dia nyengir, aku jadi
sadar kalau itu si Frendy.Pas aku ajak reuni, dia bilang oke. Haha” Dewi ngakak
sejenak sebelum menutup pembicaraan,”Eh bro, udah ya, provider kita beda nih.
Pulsaku pasti tinggal puluhan rupiah, assalamualaikum.”
Dan sambungan pun terputus.Putri
menjawab salam Dewi sambil senyum senyum sendiri. Membayangkan Frendy dalam
setelan kantoran sudah membuat Putri mabuk kepayang. Bukannya matre atau apa,
tapi kalau memakai pakaian seperti itu, pati Frendy kelihatan lebih dewasa. So
damn cool gitu.
…
Siang begitu cerah.Mentari bersinar
terik.Dari kejauhan, tampak seorang wanita berjilbab sedang mengejar bocah
berusia sekitar 6 tahun.
“Willy! Willy! Jangan kesana, nak!
Ayo sini,”
Dengan terengah, Putri mencoba
mengejar Willy.Pandangannya hanya terfokus pada Willy.Tiba- tiba Willy terjatuh
setelah sebelumnya menabrak seseorang.Putri pun memekik dan menghampiri Willy.
“Willy? Kamu nggak apa- apa nak?” Putri
membantu Willy berdiri, lalu meminta maaf pada orang di hadapannya,”Maaaf, Anda
nggak apa- ap…”
Kata- kata Putri terputus saat
menyadari siapa yang ada di depannya.Frendy. Ini benar- benar Frendy!
“Assalamualaikum Putri! Gimana
kabar?” sapa Frendy.
Bukannya membalas salamFrendy, Putri
malah melongo seperti ikan koki.
“Hei, kamu nggak apa- apaPut? Masa
kamu lupa sama aku? Aku FrendyPut, Frendy Vernanda!”
Iya,
aku tahu kamu Frendy. Ya ampun, walau Eyang Subur transgender pun aku bakal
tetap mengenalimu,Frendy!Ujar suara hati Putri.
“Putri?Aku dengar dari teman- teman
kalau kamu kerja di sini.Berhubung aku lagi di Malang, ya aku mampir aja.Put?
Kamu nggak mau ngomong sesuatu?”
Masih sama, Putri masih melongo
sambil memegangi Willy yang mencoba berlarian seperti tadi.
“Put? Aku masih nyimpan sarung yang
kamu kasih.Tiap sholat selalu kupakai.Video stop motion buatanmu juga aku taruh
di laptop.Kalau suntuk selalu kubuka.Berkali- kali.”
Akhirnya, Putri membuka
suara,”Peni.”
“Apa?”
“Yang bikin itu Peni, aku cuma
ngumpulin foto sama merancang aja.”
“Tetep aja itu buah pemikiranmu Put.
Kamu datang ‘kan pas reunian ntar?”
Putri mengangguk.
“Baguslah.Sama siapa?”
Putri memandangi Frendy.Saat ini,
wajah Frendy terlihat gelisah. Harap- harap cemas seperti ABG yang abis
menyatakan cinta dan menunggu jawaban dari sang pujaan hati. Putri pun
tergelitik untuk menjahili Frendy.
“Ehm… sama... sama siapa ya?”
“Kamu… udah punya pacar?”Frendy
tampak kecewa.
“Kasih tau nggak yaaa?”
“Basi tau!”Frendy merengut.“Masa
kosakata jaman purba gitu masih kamu pake?”
Putri terkekeh, lalu menggelengkan
kepalanya.“Aku sendirian kok, mau sama siapa lagi?”
Entah hanya halusinasi atau efek
permainan cahaya mentari, tapi sejenak tadi Putri melihat binar di mata Frendy.Lalu
Frendy menyunggingkan senyum. Dengan sebelah tangan, Frendy menggaruk
kepalanya, walau baru beberapa jam yang lalu ia mandi dan keramas. Jelas
kelihatan kalau dirinya sedang gugup.
“Ehm… Put? Mau pergi ke reuni
bareng nggak?Aku jemput di rumahmu.”Putri menatap Frendy sambil mengerutkan
kening dan mengulum senyum , membuat Frendy makin salah tingkah dan mengarang
alasan- alasan pendukung, “Lumayanlah Put, kamu nggak perlu keluar biaya buat
bensin. Plus nggak perlu capek- capek nyetir. Plus aku traktir dinner juga itu kalau kamu mau.”
Senyum Putri pun merekah.Makin
lebar dan makin lebar.Nyaris sampai ke telinganya.Lalu Putri memamerkan
jempolnya tanda setuju.Awalnya Frendy terperangah, kemudian tertawa
pelan.Dengan berbunga- bunga, dia meminta nomor ponsel Putri.
…
Sesuai janjinya, Frendy menjemput Putri
di rumahnya. Dengan sopan, ia memperkenalkan diri ke seluruh anggota keluarga Putri.
Perkenalan dimulai dari Ayah Putri, lalu Mamanya, berlanjut ke adik laki- laki
dan adik perempuan Putri.Dengan tak kalah sopannya, Frendy meminta ijin untuk mengajak
Putri ke acara reuni SMA mereka, SMAN 9 Malang.
Karena sikap sopan santun yang
ditunjukkan Frendy.Ditambah penampilanrapi Frendy yang mencerminkan kepribadian
baiknya, kedua orang tua Putri pun memperbolehkan Frendy mengajak Putri
keluar.Tak lama, Frendy berpamitan untuk berangkat.Diiringi Putri yang saat ini
tampil cantik dengan gaun berwarna ungu muda lengkap dengan hijab warna
senada.Sebuah bros berbentuk bunga disematkan di sisi kiri hijabnya.
“You’re so beautiful, Put.”
Putri tercengang.Bukan hanya karena
kata- kata Frendy, tapi juga karena heran.Bisa- bisanya Frendy yang dulu nggak
mahir memuji, apalagi urusan memuji penampilan cewek, sekarang dengan santainya
mengucapkan hal seperti itu.Aktu memang bisa mengubah segalanya, termasuk sikap
manusia.
“Eh, aku salah bicara ya? Sorry,
Put. Nggak maksud gitu. Bukannya mata
keranjang, tapi aku..”
Putri mengibaskan tangannya dan
memasang senyum. “Santai aja kali Ver. Hahaha”
Hahahaha!
Bisa- bisanya kamu ketawa padahal jantungmu lagi shuffle- ing gini Put!Putri
berbicara dalam hatinya.
Dan mobil pun melaju dengan
diiringi lagu favorit Putri semasa SMA dulu, Christina Perri- Thousand Years.
…
Sayup- sayup terdengar alunan musik
yang lembut saat Frendy dan Putri tiba di SMA mereka.Dengan takjub, mereka pun
melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah setelah sebelumnya memarkir mobi di
tempat yang disediakan.Kilasan memori berkelebat di benak Putri. Mulai awal ia
menginjakkan kaki di SMA ini, awal ia menjalani MOS, masuk kelas X 5, lalu
berlanjut ke XI IPA 2 kelas
tercinta yang telah mempertemukannya dengan Frendy, sampai ia dan Frendy berada
di XII IPA 4.
Suara- suara gelak tawa, atmosfer
penuh keceriaan, semuanya memenuhi ingatan Putri.Saat- saat bahagia bersama teman-
teman.Saat- saat frustrasi saat nilai nggak sesuai ekspektasi.Saat- saat galau
ketika Frendy tak memberi tanggapan yang dia harapkan setelah Putri memberi
kado padanya.Semuanya berebutan muncul di benak Putri.
“Putriii! Ciyeee! Berduaan nih
ceritanya!”
Putri dan Frendy menoleh ke arah
kiri.Tak jauh dari tempat mereka, ada seorang cewek berjilbab yang sedang
melambaikan tangan dengan bersemangat.Di sampingnya, berdiri seorang cowok yang
terlihat bagai Adonis.Dengan langkah cepat, cewek tadi menghampiri Putri dan Frendy.Cowok
yang di sampingnya pun menyusul dengan langkah lebar.
“Sihiy! PJ-nya mana nih? Pizza Hut
sounds good!” seru cewek tadi sambil menyalamiFrendy dan Putri.
“Pizza Hut dari Papua?”Putri
meringis,”Kamu kok jadi kurang gizi gini, Non Dewi?”
Dewi nyengir,”Efek kerja.Perasaan
dari dulu aku emang udah slim deh.Hehe!”
“Huuu!Padahal dulu badannya segede
bagong!”
“Kayak kamu nggak aja! Eh kamu juga
jadi kayak lidi gini? Wah trio obe nggak ada lagi nih,” Dewi merengut lalu
mengutak atik ponselnya. “Nih liat, si Arie juga jadi kayak lidi. Bah! Nggak
ada video- video lypsinc bayi sehat lagi nih!”
“Hahaha”
“Wik, anak- anak mana?”Frendy
melongokkan kepala ke sana kemari.
“Anak- anak yang mana nih?” Dewi
menaik turunkan alisnya dengan gaya jahil,”Jamaah centro or anak kelas?”
“Dua- duanya,”
“Pada di aula mayoritas
sih. Yang lain keliling- keliling. Gila, baru ditinggal beberapa saat aja ini
sekolah jadi kayak istana gini. Kalian harus liat kelas kita dulu, guys. Keren
banget.Ada lukisannya di langit- langit.”
“Pada di aula
“Ehm” Putri berdeham.Mengundang
tatapan dari ketiga orang di dekatnya. “Cowokmu nggak dikenalin nih Wik?”
“Haaa?Cowok apaan?”Dewi memandang Putri
dengan pandangan malas,”Ini Girindra Janitra Rindra.
Rindra, ini PutrisamaFrendy,”
Mereka bertiga pun bersalaman sambil
menyebut nama masing- masing. Kemudian, Dewi dan Rindra pergi ke
aula.Meninggalkan Frendy dan Putri berduaan lagi.Mereka berdua pun memutuskan
untuk berjalan- jalan keliling sekolah sambil membicarakan kehidupan mereka
masing- masing.
“Yaa di sana sibuk terus.Jadinya ya
lemakku luruh semua, Put.”
“Sama, ngurusin anak- anak yang
gesit- gesit gitu juga menguras tenagaku Ver. Lihat si Willy kemarin ‘kan?
Gila, larinya kayak Bouraq! Tapi aku seneng, keceriaan mereka menular sih,”
“Put, aku boleh nanya nggak?”
Putri mengalihkan pandangannya dari
dinding di sebelahnya ke arah Frendy. Kemudian ia mengangguk.
“Kamu kok mau jadi guru SLB
sih?Padahal banyak orang ogah?”
“Frendy, ini panggilan hidup
aku.Oke, awalnya aku hanya ingin meneruskan jejak ortu.Tapi akhirnya aku sadar,
kalau aku ingin mengabdikan hidup buat mereka.karena sama seperti manusia lain,
mereka juga punya kelebihan masing- masing. Nggak boleh dipandang sebelah mata
apalagi dianggap merepotkan. Aku suka kok berada di sekitar mereka, walau dengan
risiko badan serasa remuk saat mengejar murid- murid kayak Willy. Aku ikhlas
Ver,”
Frendy terperangah mendengar
jawaban Putri.Ia kagum dengan pribadi Putri yang sangat peka sosial. Kini,
sosok Putri yang dulunya suka locat sana sini dan ambil foto Selca (self
camera) berubah jadi Putri dewasa yang anggun dan keibuan.
“Put..”
“Hm?” sahut Putri tanpa mengalihkan
pandangannya dari bangunan SMA 9.
“Put… hadap sini dong,”
Putri pun berhenti melangkah dan
menghadap ke arah Frendy.Frendy yang berada di hadapannya terlihat
berbeda.Sosok itu Nampak gugup dan sedang berusaha merangkai kata-
kata.Berkali- kali bibirnya membuka seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi
kemudian diurungkannya niatnya itu.Hal ini sukses membuat Putri penasaran. Hey,
what’s going on?
“Maukah kamu menikah denganku?” ucap Frendy pada akhirnya.
“Maukah kamu menikah denganku?” ucap Frendy pada akhirnya.
Putri melongo.Lalu terkikik
pelan.Hari gini, jaman 2019?Frendy mengucapkan kata sebaku itu?
“Kok kamu ketawa?”
“Kamu… bahasamu, Fren!Hahaha!”
“Put, aku serius. Aku sudah suka
kamu sejak kelas XI Put.Aku suka keceriaanmu, guyonanmu.Semuanya. Bahkan aku
suka saat kamu bikin kisah cerpen gilamu yang isinya tentang aku dan Dewi yang
kamu post di Page-nya FEST. Walau agak geram juga sih.”
Putri speechless. Otaknya mencerna
apa yang diutarakan Frendy dengan kecepatan yang setara sama bekicot pincang.
Sangat amat lambat sekali.Pake banget.
“Aku senang pas kita bisa sekelas
lagi pas kelas XII. Aku suka kamu seneng ada di dekatku, mau bantu aku bikin
tugas ini itu, mau jawab smsku, pokoknya kamu selalu ada, Put. lama- lama, rasa
suka itu berubah jadi sayang. Dan naik level jadi cinta. Aku seneng banget pas
kamu ngasih sarung sama CD berisi stop motion itu. Tapi aku bingung harus
nanggepi apa. Aku belum pernah diberi perlakuan seperti ini sebelumnya Put. aku
nggak punya panduan,”
“Ver..”
“Sampai saat kita terpisah karena
aku harus kuliah di Jakarta pun, aku masih cinta kamu Put. Masih ngerasa
bersalah juga karena nggak memberi tanggapan seperti apa yang kamu harapin. Aku
dengar dari teman- teman, kamu galau tingkat dewo,” Frendy terkekeh sendiri
mendengar pilihan diksinya.Ia jadi ingat, sudah berapa lama dia nggak main
Dota? “Aku bertekad untuk sukses dulu sebelum bertemu lagi denganmu. And now,
here I am.”
“Ver…”
“Mau kan jadi istriku?Yah, emang
aku bukan manusia romantis yang bisa bikin surprise bombastis unuk memikat
hatimu.Aku bahkan belum beli cincin, soalnya aku ingin kamu sendiri yang milih.
Tapi aku serius dengan ini semua Put. apa yang aku rasakan ke kamu benar
adanya,” Frendy menghela napas sesaat sebelum melanjutkan,”Dan kurasa nggak ada
alasan untukmu menolak. Kamu ‘kan masih jomblo.”
Putri menitikkan air mata.Akhirnya
Allah mengabulkan doanya.Doanya sejak bertahun- tahun yang lalu.Alhamdulillah… Terima kasih Ya Allah… Terima
kasih
“Eh Put, jangan nangis! Ntar orang
ngeliat mengira aku ngapa- ngapain kamu.Put…”
…
“Pokoknya aku mau bikin bedroom
unik.Di sekeliling tempat tidurnya ada kolam. Jadi kalau bangun tidur mau
renang tinggal nyemplung aja.” Kata Putri sambil membolak- balik buku desain
interior di pangkuannya.
“Hah? Nggak sekalian aja buka kolam
pancing di situ?Lumayan uangnya bisa buattambah beli beras.”
Putri merengut lalu mencubit lengan
Frendy.Mebuat Frendy mengerang kesakitan. Lalu, dengan sebelah tangan, ia
merangkul bahu Putri.
“Bercanda, sayang. Terserah deh
kamu mau bikin kamar kayak gimana. Yang ada danaunya juga oke.Asal nggak ada
dinosaurusnya aja.”
Putri tersenyum lalu menggenggam
tangan Frendy yang sejak sebulan lalu resmi jadi suaminya. Cincin di jari manis
mereka berdua berkilau tertimpa cahaya matahari. Hati mereka pun berkilauan
berkat cahaya cinta yang menyelimuti.
Tamat! Sihiyyy! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar