Kamis, 20 Juni 2013



Ini cerpen yang kutulis pas kelas XI dulu. Waktu itu lagi jaman- jamannya parodian di kelasku tercinta, FEST (Fams Eleven Science Two). Jujur, setelah cerpennya selesai dan kubaca sendiri, I laugh soo many times. Nggak nyangka aku bisa ngebanyol kayak gini. Haha *muji diri sendiri. Happy reading :D

Loudspeaker dan Si Kriwul
“Sebel deh, selalu aja dijodoh- jodohin gitu,” ungkap Hazrina di suatu hari dengan suara loudspeaker-nya pada teman setianya, semut merah yang berbaris di dinding.
“Iya kalo dijodoh- jodohin sama cowok ganteng gitu. Nah ini, malah dijodohin sama mie goreng berjalan” ujarnya lagi, kali ini sambil memilin- milin rambutnya yang aduhai bak model shampoo tikus.
Well, ratapan Hazrina ini bukannya tanpa sebab. Ini semua dikarenakan dia selalu dipasang- pasangkan dengan Deni “Denok” Aktifianto oleh teman- teman sekelasnya di IPA 2. Kenapa mereka bertingkah seperti itu? Saya juga nggak tau. Tanyakan saja sama rumput yang bergoyang.
“Woy Haz, ngelamun aja!” tegur seorang teman Hazrina.
“Eh  Tika, siapa yang ngelamun?”
“Aah, ngaku aja. Lagi ngelamun ‘kan? Ngelamunin Denok ‘kan? Aku tau belangmu!”
“Yee! Apaan!”
Meskipun mati- matian mengelak, namun entah kenapa hati Hazrina berkata lain. Ia mulai merasakan getaran- getaran hati saat bayangan Denok melintas di benaknya. Ia juga seringkali merasa salting saat tanpa sengaja bertatapan mata dengan Denok. Apalagi kalau sudah mendengar suaranya yang semerdu burung gagak kena radang tenggorokan.
Sejak saat itulah, Hazrina mulai sadar kalo sesuatu  yang dirasakannya adalah cinta. Ya, cinta. Terdiri dari huruf c, i, n, t, dan a. Jadilah cinta. Perasaan berbunga- bunga yang membuat si pemilik rela melakukan apa saja demi sang pujaan hati. *hoek*

Makin hari, apa yang dirasakan Hazrina makin menjadi- jadi. Sampai- sampai saat menerima SMS dari Denok yang cuma berisi kata ‘ya’ atau ‘tidak’, akselerasi jantungnya meningkat 2 kali lipat. Wow! Amazing!
Suatu hari, Hazrina memberanikan diri untuk bertanya pada Denok. Dengan berbekal nyali seupil, Hazrina pun maju ke medan tempur.
“Ehm” Hazrina berdehem pelan untuk menarik perhatian Denok yang sedang asyik bermain Bekel dengan Laga, Kubaw, Alif, Elza, dkk. “Nok, aku mau nanya bentar bisa nggak?”
“Aah, apaan seh? Lagi asyik nih! Ngeganggu aja!” ujar Denok sambil tak lepas memandangi Laga yang sedang mendapat giliran main. Kenapa? Soalnya Laga suka main curang.
Mendengar itu, Hazrina merasa maklum dan berkata,”Ya udah, ntar aja deh. Semangat ya Nok mainnya!”
“Ciyee! Denok sama Hazrina ee!” seru anak- anak sekelas pada Hazrina dan Denok.
Sontak hal ini membuat wajah Hazrina merona, layaknya bintang Pond’s Whitening abis ketabrak bemo. Ia pun segera pergi dari TKP dan memilih duduk di bangkunya. Untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak terpaku pada Denok seorang, ia pun memutuskan untuk belajar fisika. Mencoba mengukur elastisitas kolor boxernya, dengan memakai rumus yang sudah diajarkan Bu Guru tercinta.
“Waktu istirahat akan berakhir dalam lima menit. The break time will be ended in 5 minutes  Suara nggatel bu ida dari speaker yang menandakan waktu istirahat akan berakhir pun berbunyi. Mendengar suara tersebut, beberapa murid sudah duduk di bangku masing- masing. Sedang yang lain masih sibuk dengan kegiatan masing- masing, seperti nyontek PR, main bekel, SMS pacar, serta ngitung utang.
                Beberapa saat kemudian, bel masuk pun berbunyi. Dan seorang guru PPL masuk ke kelas dan meminta murid- murid untuk duduk di bangku masing- masing.
                “Perhatian!” Guru PPL itu mengetuk- ngetuk meja guru sambil berbicara, “Saat  ini, Bu Khomar nggak bisa datang karena terserang bisul gede di pantat. Nah kalian diberi tugas untuk menulis surat Al- Baqarah dan dikumpulkan di ketua kelas. Jangan ada yang keluar kelas ya,” ujarnya sambil berlalu pergi ke kantin.
                “What? Al- Baqarah?! Gile lo?!” Ucap Afif maho dengan gaya alaynya.
                “Aduh bo’! Capek deh eke!” Ujar Olga.
Dengan nggak rela, hampir semua murid kelad IPA 2 berusaha menyelesaikan tugas mulia itu. Tak  jarang terdengar umpatan- umpatan dari beberapa di antara mereka. Baru beberapa menit berlalu, mereka sudah terserang badai frustrasi level dewo. Akhirnya mereka sepakat untuk mengabaikan tugas dari guru yang bersangkutan. Tapi, meski begitu, ada beberapa anak alim yang masih bersikukuh mengerjakannya, diantaranya Robiatul sang Ustadzah, Lia sang Cendekiawan, dan Peni sang Filsuf. Mereka bertiga mengerjakan tugas tersebut dengan kenggetuan tiada banding. Akhirnya tugas mereka selesai, dan tangan mereka melebur menjadi abu karena terlalu memforsir kerja otot tangan.
Hazrina melihat kegiatan teman- temannya tersebut. Ia kagum akan kegigihan tiga sekawan Robi, Peni, Lia. Ia juga kagum terhadap kekerenan Dewi Fatmawati. Tapi ia lebih kagum lagi pada Denok yang sedang membaca buku dan mengabaikan tugas.
Astaganagabonarjadiduaaa!  Denok cakep bangeet”ujar Hazrina dalam hati.
Ia terus memandangi Denok. Dan tanpa sadar, ia sudah duduk di dekat si Denok. Hazrina pun memutuskan untuk mengutarakan pertanyaannya yang tertunda tadi.
“ehm, Nok” sapa Hazrina.
Denok pun mendongak dari buku bacaannya, Beternak Kutu Secara Prakis dan Efisien,”Apa Haz?”
“Aku boleh nanya nggak?” tanya Hazrina dengan gaya malu- malu kambing.
“Nanya apa?”
“Emmm… Tipe cewek kamu kayak gimana se?”
Denok terkejut dengan pertanyaan Hazrina yang tiba- tiba.Ia nggak menyangka kenapa Hazrina bisa menanyakan hal seperti itu.  Selain itu, ia  bingung ingin menjawab apa.
Denok pun menutup buku bacaannya dan menatap Hazrina,”Kok tiba- tiba nanya kayak gini? Ada apa Haz?”
Mendapat tatapan maut dari Denok, kerja syaraf  Hazrina pun nggak berjalan dengan semestinya. Ia jadi sulit berbicara dan terkena gejala paralisis. “Em… I- itu c- cuma ma- mau Tanya aja”
“Ooh. Yaa gimana ya. Tipe cewek? Hm… Mungkin yang kayak AyuTing- Ting. Atau Jupe mungkin.”
Oh gitu…” Hazrina yang merasa nggak masuk kriteria pun cuma bisa diam dan meratapi nasib.
Ia pun kembali ke bangkunya dan mulai mengerjakan tugasnya yang terbengkalai. Meninggalkan Denok dalam kebingungan.

Di rumah, Hazrina mulai merasakan sesuatu  yang disebut kaum homo sebagai ‘galau’. Ia merasa galau soalnya dirinya nggak memenuhi kriteria cewek impian Denok. Saking frustasinya, Hazrina sampai ngejedot- jedotin kepala ke tembok tetangga.
Gimana caranya buat jadi kayak Ayu Ting- Ting? Apa aku harus suntik silikon? Oprasi plastik? Tapi kresek mana yang mau aku buat oprasi plastik? Duuuh galau deh!ujar Hazrina dalam hati, sambil menggenjreng gitar Yamaha- nya, memainkan lagu bergenre galau milik Metallica yang berjudul cintaku dimutilasi. (Ono gak se?)
Yah seperti kata Mbah Gondok, cinta bisa membuat kita nggak pede mengenai diri kita sendiri. Begitulah kondisi Hazrina saat ini. Ia merasa nggak sebanding untuk bersanding dengan si Kriwul Denok.
“Harus mulai dari mana PDKT nyaa? Aaah!” gerutu Hazrina, lagi- lagi pada dirinya sendiri.
Akhirnya ia memutuskan untuk mengirim SMS pada sang pujaan tai, eh hati ding.
Begini nih isi SMS si Haz:
DeNoOk!! LaGhIe3 ApPha Ni3?
Setelah menunggu sampai jamuran, akhirnya SMS dari Denok muncul juga. Dan isinya begini bung:

.MaI3Nd Game Nie33…
.KamHO3?

Dan akhirnya para alayers di atas SMSan sampai jam 2 malem. Dan saat itulah mereka baru sadar kalo jemari mereka pada protol kayak orang kena kolera. Tapi walau begitu, Hazrina nggak peduli. ‘Yang penting bisa ngobrol sama Denok’ sudah menjadi motto hidupnya.

Makin hari mereka makin dekat, baik di sekolah maupun di SMS, facebook, dan di kebon binatang. Lama kelamaan Denok juga memiliki rasa yang sama terhadap Hazrina. Tapi itu semua berakhir saat Negara api menyerang. Denok pun bermigrasi ke Madagaskar untuk menjadi petani pisang. Hazrina pun patah hati. Dirinya hancur berkeping- keping.
Siang malam Hazrina menangisi kepergian Denok yang tiba- tiba. Dan karena saking stressnya, ia melampiaskannya dengan belajar siang malam. Mengutak atik integral, rumus molekul dan segala hal nggatel lain.
Hari berganti hari, dan tahun pun berganti. Tak terasa sudah kelas XII. Hazrina berhasil melalui UNAS dengan lancar dan member hasil yang memuaskan, nilai perfect bung! 60,00. Namun, ia tetap saja tak merasa senang karena ia hanya ingin Denok kembali, agar Hazrina bisa menyatakan cintanya.

Tingkat ke-stress-an Hazrina terus bertambah hingga akhrinya ia tak tahu jalan mana yang benar. Selepas dari SMA ia malah mengambil jurusan akuntansi. Dan ia lulus dengan IP yang memuaskan pula. Namun seperti sebelumnya, ia tak merasa senang karena yang diinginkannya cuma Denok.
Cuma Denok.
3 tahun kemudian, di Paris…
“Excuzes moi, bisa tunjukkan jalan menuju Notre Damme?” tanya Hazrina pada seorang lelaki berambut keriting di depannya.
Lelaki itu pun menoleh. Dan pada detik berikutnya, Hazrina mengeluarkan jurus andalannya. Loudspeaker ON!
“Denok?! Ini Denok ‘kan?!” ucap Hazrina sambil berurai airmata, bergelimang ingus.
“Ha- Hazrina?!”
“Denook! Huwaa! Denook!”
Hazrina berlari dan memeluk Denok, sambil memangis Bombay.

Setelah merasa tenang, Hazrina mulai bercerita kenapa dia bisa ada di Paris. Ia pergi kesini dengan misi memulai hidup baru dan melupakan Denok. Eeh nggak tanunya nasib berkata lain.
“Lalu, kok kamu bisa disini? Bukannya kamu di Madagaskar?” tanya Hazrina sambil meminum coffee latte-nya di sebuah cafĂ© bernama “ The Paijo’s ”
“Bisnisku hancur. Kebun pisangku dijarah gajah terbang. Jadinya aku migrasi kesini, buat jadi chef master” jawab Denok seadanya, ia masih belum percaya bisa bertemu dengan Hazrina. Ini keajaiban terindah, Bung!
“ooh gitu,”
Lalu, Denok memutuskan untuk mengungkapkan perasaanya yang selama ini dipendam rapat- rapat pada Hazrima, “Ehm Haz..”
“Ya?”
“Emm… Kamu tambah cantik ya. Rambutmu juga tambah panjang”
“Ah masa’?” ujar Hazrina yang merasa nerpes sambil melihat pantulan dirinya di kaca cafĂ© tersebut.
Memang benar banyak perubahan dalam dirinya. Ia jadi seseorang yang sangat berbeda dengan dirinya waktu SMA. Kulitnya putih bersih indah berseri, matanya bling- bling, wajahnya mulus, dan rambutnya indah terawat.
“Iya, bener. Em… Haz?”
“Apa, Nok?”
“Em… gini, kamu tau kan kalo di Paris makanannya enak- enak?”
“Terus?”
“Sebenernya sejak kelas XI dulu aku suka kamu.Kamu mau jadi pacarku nggak?”
            Hazrina melongo. Ia nggak nyangka kalau Denok yang menyatakan cinta padanya. Ia pun cuma bisa mengangguk.
            Mereka cuma bertahan dengan status pacaran selama 3 minggu. Dan setelahnya mereka menikah di Flores, serta menetap disana. Mereka membesarkan tiga anak yang alim dan baik budinya. Anak pertama bernama Adib Aulia Rahman, yang kedua bernama Sevrilla Syah M., serta yang ketiga bernama Qaid Anwaruddin.
            And like another story, this story has a happy ending. They live happily ever after with their three children. Jeng jeng jeng….

Yoyoyo! It's been long time no see! Now I wanna post the short story I'd made several time ago. This is what I imagine about one of my friend's life in the future. Everything that I wrote here is just a fiction and my wish for them (everyone whose name is written here) so just enjoy it, guys :D

 Sepenggal Kisah saat Reuni

“Nah, Sella, sekarang waktunya makan siang. Ayo,”
Dengan lembut, Putri mendorong kursi roda dengan seorang gadis cilik bernama Sella di atasnya.Seiring langkahnya, Putri menyenandungkan lagu ‘ambilkan bulan bu’ yang diikuti oleh Sella          walau dengan pelafalan yang kurang jelas.Tak lama setelahnya, mereka sampai di sebuah ruangan bercat biru muda dengan aksen berupa bulatan dalam berbagai ukuran dan warna yang menghiasinya.
6 orang anak sudah memenuhi ruangan itu, duduk di tempat masing- masing. Di hadapan mereka terhidang makan siang dalam piring berbahan dasar plastik bergambar tokoh kartun serta segelas susu. Saat melihat Putri melintas masuk, beberapa dari mereka menyorakkan namaPutri. Putri pun tersenyum dan melambai ke seisi kelas. Setelahnya, ia menempatkan Sella di baris ke dua.
“Sebelum makan, kita harus apa dulu?”Putri bertanya sambil menengadahkan kedua tangannya.
“Berdoaaaa”
“Oaaaa”
“Aaaa”
Berbagai macam suara pun bermunculan. Namun intinya sama, mereka mengucapkan ‘berdoa’. Akhirnya mereka pun berdoa.Setelah itu, dibantu pengawas masing- masing, mereka menyantap hidangan yang disediakan.
Putri tersenyum melihat kelakuan murid- muridnya.Mungkin bagi sebagian orang, kondisi murid- muridnya sangatlah merepotkan.Tapi bagi Putri, mereka tak ubahnya anak- anak lain yang normal.Penuh keceriaan dan butuh kasih sayang.Itulah yang menyebabkannya mengambil jalan hidup sebagai seorang guru SLB.
Ya, setelah menempuh 4 tahun pendidikan di jurusan PLB, sat ini Putri sudah resmi menjadi guru di salah satu SLB di kota Malang. Di usianya yang ke 24, ia sudah mampu menghidupi diri sendiri dengan pendapatanya sebgai seorang guru. Saat teman sebayanya sibuk hang out, shopping, merawat diri, dan melakukan hal- hal lainnya, Putri mendedikasikan hidupnya untuk membantu sesama.
Drrrt drrrrt drrrrt
Putri gelagapan saat mendengar HPnya bergetar. Dengan panik, ia mengobrak abrik sekitarnya untuk mencari benda kecil itu.
Ketemu!Seru Putri dalam hati.Ini nih efek ngelamun. Sekali dengar suara langsung bikin jantung copot.
Putri memegang ponselnya dengan tangan kanan dan melihat caller ID yang terpampang di layarnya.Sebentuk senyum pun merekah di bibirnya. Dengan cepat, ia menekan tombol hijau yang ada di ponselnya. Sambungan pun terhubung.
“Assalamualaikuuuuum!” seru suara di seberang sana.
“Waalaikumsalam!Sombong nih nggak pernah kasih kabar!”
“Hehe sori, banyak kerjaan.Pas lagi senggang, eh pulsaku habis. Sori, sori…”
Putri mendengus pelan,”Kamu tetep aja nggak berubah Wik! Walau udah punya penghasilan sendiri tapi tetep aja bokek pulsa.Gimana kabar?”
“Hehe, alhamdulillah, I’m fine, thanks. Kamu? Eh ada kabar bagus nih!”
“Aku juga baik, alhamdulillah. Kabar apa? Kamu melahirkan?”
Putri cengengesan sambil membayangkan lawan bicaranya         Dewi, temannya di SMA dulu     melongo sambil menautkan alisnya. Temannya yang satu itu memang hobi mengeluarkan wajah- wajah freak saat diberi pertanyaan- pertanyaan yang menurutnya aneh.
“Woy! Gimana mau melahirkan kalau tiap hari aku pacaran samasampah rumah tangga bentuk plastik, kain perca, dan bahan untuk pupuk kompos? Huuu!”
“Iya, iya, maaf.Ciyee yang jomblo, bawaannya emosi melulu!”
Terdengar gelak tawa Dewi di seberang sana. “Udah, udah. Like you’re not single aja! Good news nih, fresh from the oven! Bakal ada reunian SMA, Put!”
Putri diam, menunggu lanjutan pengumuman dari temannya itu.
“Rencananya dua minggu lagi. Nah, semua alumni dari seluruh angkatan bakalan dateng, termasuk si dia tuuuuh! Ihiiir!”
“Si dia siapa?” tanyaPutri. Meskipun dia tahu pasti siapa yang dibicarakan oleh Dewi.
Siapa lagi kalau bukan Frendy?Orang yang memenuhi benaknya selama ini.memang sebelumnya dia pernah menyukai beberapa cowok, tapi hanya Frendy lah yang melekat kuat di ingatannya. Juga di hatinya.Bisa dibilang, dia itu cinta matinya Putri.
Di seberang sana, Dewi terus berbicara mengenai teman- teman SMA mereka. Ada Elza yang sukses jadi anggota boyband bernama ‘Ngondekers’, ada Robiatul yang jadi guru matematika, ada Peni yang menempati posisi sip di salah satu perusahaan di bidang advertisement,ada yang jadi politikus,  sayangnya nggak ada yang jadi peternak jenglot.
Dewi juga menjelaskan pada Putri saat dirinya bertemu Frendy di daerah Batu. Menurut Dewi, Frendy sudah menempati posisi bagus di PLN. Selain posisinya yang bagus, casingFrendy pun menjadi lebih bagus. Body tambunnya berubah jadi body model susu L- men. Kaos oblong dan jeans yang dulu selalu menemani berubah jadi setelan kemeja dan celana kain plus jas dan dasi.
“Pokoknya Frendy berubah deh Put! Awalnya aku juga nggak sadar siapa dia, tapi pas ngeliat dia nyengir, aku jadi sadar kalau itu si Frendy.Pas aku ajak reuni, dia bilang oke. Haha” Dewi ngakak sejenak sebelum menutup pembicaraan,”Eh bro, udah ya, provider kita beda nih. Pulsaku pasti tinggal puluhan rupiah, assalamualaikum.”
Dan sambungan pun terputus.Putri menjawab salam Dewi sambil senyum senyum sendiri. Membayangkan Frendy dalam setelan kantoran sudah membuat Putri mabuk kepayang. Bukannya matre atau apa, tapi kalau memakai pakaian seperti itu, pati Frendy kelihatan lebih dewasa. So damn cool gitu.
Siang begitu cerah.Mentari bersinar terik.Dari kejauhan, tampak seorang wanita berjilbab sedang mengejar bocah berusia sekitar 6 tahun.
“Willy! Willy! Jangan kesana, nak! Ayo sini,”
Dengan terengah, Putri mencoba mengejar Willy.Pandangannya hanya terfokus pada Willy.Tiba- tiba Willy terjatuh setelah sebelumnya menabrak seseorang.Putri pun memekik dan menghampiri Willy.
“Willy? Kamu nggak apa- apa nak?” Putri membantu Willy berdiri, lalu meminta maaf pada orang di hadapannya,”Maaaf, Anda nggak apa- ap…”
Kata- kata Putri terputus saat menyadari siapa yang ada di depannya.Frendy. Ini benar- benar Frendy!
“Assalamualaikum Putri! Gimana kabar?” sapa Frendy.
Bukannya membalas salamFrendy, Putri malah melongo seperti ikan koki.
“Hei, kamu nggak apa- apaPut? Masa kamu lupa sama aku? Aku FrendyPut, Frendy Vernanda!”
Iya, aku tahu kamu Frendy. Ya ampun, walau Eyang Subur transgender pun aku bakal tetap mengenalimu,Frendy!Ujar suara hati Putri.
“Putri?Aku dengar dari teman- teman kalau kamu kerja di sini.Berhubung aku lagi di Malang, ya aku mampir aja.Put? Kamu nggak mau ngomong sesuatu?”
Masih sama, Putri masih melongo sambil memegangi Willy yang mencoba berlarian seperti tadi.
“Put? Aku masih nyimpan sarung yang kamu kasih.Tiap sholat selalu kupakai.Video stop motion buatanmu juga aku taruh di laptop.Kalau suntuk selalu kubuka.Berkali- kali.”
Akhirnya, Putri membuka suara,”Peni.”
“Apa?”
“Yang bikin itu Peni, aku cuma ngumpulin foto sama merancang aja.”
“Tetep aja itu buah pemikiranmu Put. Kamu datang ‘kan pas reunian ntar?”
Putri mengangguk.
“Baguslah.Sama siapa?”
Putri memandangi Frendy.Saat ini, wajah Frendy terlihat gelisah. Harap- harap cemas seperti ABG yang abis menyatakan cinta dan menunggu jawaban dari sang pujaan hati. Putri pun tergelitik untuk menjahili Frendy.
“Ehm… sama... sama siapa ya?”
“Kamu… udah punya pacar?”Frendy tampak kecewa.
“Kasih tau nggak yaaa?”
“Basi tau!”Frendy merengut.“Masa kosakata jaman purba gitu masih kamu pake?”
Putri terkekeh, lalu menggelengkan kepalanya.“Aku sendirian kok, mau sama siapa lagi?”
Entah hanya halusinasi atau efek permainan cahaya mentari, tapi sejenak tadi Putri melihat binar di mata Frendy.Lalu Frendy menyunggingkan senyum. Dengan sebelah tangan, Frendy menggaruk kepalanya, walau baru beberapa jam yang lalu ia mandi dan keramas. Jelas kelihatan kalau dirinya sedang gugup.
“Ehm… Put? Mau pergi ke reuni bareng nggak?Aku jemput di rumahmu.”Putri menatap Frendy sambil mengerutkan kening dan mengulum senyum , membuat Frendy makin salah tingkah dan mengarang alasan- alasan pendukung, “Lumayanlah Put, kamu nggak perlu keluar biaya buat bensin. Plus nggak perlu capek- capek nyetir. Plus aku traktir dinner juga            itu kalau kamu mau.”
Senyum Putri pun merekah.Makin lebar dan makin lebar.Nyaris sampai ke telinganya.Lalu Putri memamerkan jempolnya tanda setuju.Awalnya Frendy terperangah, kemudian tertawa pelan.Dengan berbunga- bunga, dia meminta nomor ponsel Putri.
Sesuai janjinya, Frendy menjemput Putri di rumahnya. Dengan sopan, ia memperkenalkan diri ke seluruh anggota keluarga Putri. Perkenalan dimulai dari Ayah Putri, lalu Mamanya, berlanjut ke adik laki- laki dan adik perempuan Putri.Dengan tak kalah sopannya, Frendy meminta ijin untuk mengajak Putri ke acara reuni SMA mereka, SMAN 9 Malang.
Karena sikap sopan santun yang ditunjukkan Frendy.Ditambah penampilanrapi Frendy yang mencerminkan kepribadian baiknya, kedua orang tua Putri pun memperbolehkan Frendy mengajak Putri keluar.Tak lama, Frendy berpamitan untuk berangkat.Diiringi Putri yang saat ini tampil cantik dengan gaun berwarna ungu muda lengkap dengan hijab warna senada.Sebuah bros berbentuk bunga disematkan di sisi kiri hijabnya.
“You’re so beautiful, Put.”
Putri tercengang.Bukan hanya karena kata- kata Frendy, tapi juga karena heran.Bisa- bisanya Frendy yang dulu nggak mahir memuji, apalagi urusan memuji penampilan cewek, sekarang dengan santainya mengucapkan hal seperti itu.Aktu memang bisa mengubah segalanya, termasuk sikap manusia.
“Eh, aku salah bicara ya? Sorry, Put. Nggak  maksud gitu. Bukannya mata keranjang, tapi aku..”
Putri mengibaskan tangannya dan memasang senyum. “Santai aja kali Ver. Hahaha”
Hahahaha! Bisa- bisanya kamu ketawa padahal jantungmu lagi shuffle- ing gini Put!Putri berbicara dalam hatinya.
Dan mobil pun melaju dengan diiringi lagu favorit Putri semasa SMA dulu, Christina Perri- Thousand Years.
Sayup- sayup terdengar alunan musik yang lembut saat Frendy dan Putri tiba di SMA mereka.Dengan takjub, mereka pun melangkahkan kaki melewati gerbang sekolah setelah sebelumnya memarkir mobi di tempat yang disediakan.Kilasan memori berkelebat di benak Putri. Mulai awal ia menginjakkan kaki di SMA ini, awal ia menjalani MOS, masuk kelas X 5, lalu berlanjut ke XI IPA 2       kelas tercinta yang telah mempertemukannya dengan Frendy, sampai ia dan Frendy berada di XII IPA 4.
Suara- suara gelak tawa, atmosfer penuh keceriaan, semuanya memenuhi ingatan Putri.Saat- saat bahagia bersama teman- teman.Saat- saat frustrasi saat nilai nggak sesuai ekspektasi.Saat- saat galau ketika Frendy tak memberi tanggapan yang dia harapkan setelah Putri memberi kado padanya.Semuanya berebutan muncul di benak Putri.
“Putriii! Ciyeee! Berduaan nih ceritanya!”
Putri dan Frendy menoleh ke arah kiri.Tak jauh dari tempat mereka, ada seorang cewek berjilbab yang sedang melambaikan tangan dengan bersemangat.Di sampingnya, berdiri seorang cowok yang terlihat bagai Adonis.Dengan langkah cepat, cewek tadi menghampiri Putri dan Frendy.Cowok yang di sampingnya pun menyusul dengan langkah lebar.
“Sihiy! PJ-nya mana nih? Pizza Hut sounds good!” seru cewek tadi sambil menyalamiFrendy dan Putri.
“Pizza Hut dari Papua?”Putri meringis,”Kamu kok jadi kurang gizi gini, Non Dewi?”
Dewi nyengir,”Efek kerja.Perasaan dari dulu aku emang udah slim deh.Hehe!”
“Huuu!Padahal dulu badannya segede bagong!”
“Kayak kamu nggak aja! Eh kamu juga jadi kayak lidi gini? Wah trio obe nggak ada lagi nih,” Dewi merengut lalu mengutak atik ponselnya. “Nih liat, si Arie juga jadi kayak lidi. Bah! Nggak ada video- video lypsinc bayi sehat lagi nih!”
“Hahaha”
“Wik, anak- anak mana?”Frendy melongokkan kepala ke sana kemari.
“Anak- anak yang mana nih?” Dewi menaik turunkan alisnya dengan gaya jahil,”Jamaah centro or anak kelas?”
“Dua- duanya,”
“Pada di aula          mayoritas sih. Yang lain keliling- keliling. Gila, baru ditinggal beberapa saat aja ini sekolah jadi kayak istana gini. Kalian harus liat kelas kita dulu, guys. Keren banget.Ada lukisannya di langit- langit.”
“Ehm” Putri berdeham.Mengundang tatapan dari ketiga orang di dekatnya. “Cowokmu nggak dikenalin nih Wik?”
“Haaa?Cowok apaan?”Dewi memandang Putri dengan pandangan malas,”Ini Girindra Janitra      Rindra. Rindra, ini PutrisamaFrendy,”
Mereka bertiga pun bersalaman sambil menyebut nama masing- masing. Kemudian, Dewi dan Rindra pergi ke aula.Meninggalkan Frendy dan Putri berduaan lagi.Mereka berdua pun memutuskan untuk berjalan- jalan keliling sekolah sambil membicarakan kehidupan mereka masing- masing.
“Yaa di sana sibuk terus.Jadinya ya lemakku luruh semua, Put.”
“Sama, ngurusin anak- anak yang gesit- gesit gitu juga menguras tenagaku Ver. Lihat si Willy kemarin ‘kan? Gila, larinya kayak Bouraq! Tapi aku seneng, keceriaan mereka menular sih,”
“Put, aku boleh nanya nggak?”
Putri mengalihkan pandangannya dari dinding di sebelahnya ke arah Frendy. Kemudian ia mengangguk.
“Kamu kok mau jadi guru SLB sih?Padahal banyak orang ogah?”
“Frendy, ini panggilan hidup aku.Oke, awalnya aku hanya ingin meneruskan jejak ortu.Tapi akhirnya aku sadar, kalau aku ingin mengabdikan hidup buat mereka.karena sama seperti manusia lain, mereka juga punya kelebihan masing- masing. Nggak boleh dipandang sebelah mata apalagi dianggap merepotkan. Aku suka kok berada di sekitar mereka, walau dengan risiko badan serasa remuk saat mengejar murid- murid kayak Willy. Aku ikhlas Ver,”
Frendy terperangah mendengar jawaban Putri.Ia kagum dengan pribadi Putri yang sangat peka sosial. Kini, sosok Putri yang dulunya suka locat sana sini dan ambil foto Selca (self camera) berubah jadi Putri dewasa yang anggun dan keibuan.
“Put..”
“Hm?” sahut Putri tanpa mengalihkan pandangannya dari bangunan SMA 9.
“Put… hadap sini dong,”
Putri pun berhenti melangkah dan menghadap ke arah Frendy.Frendy yang berada di hadapannya terlihat berbeda.Sosok itu Nampak gugup dan sedang berusaha merangkai kata- kata.Berkali- kali bibirnya membuka seakan ingin mengatakan sesuatu, tapi kemudian diurungkannya niatnya itu.Hal ini sukses membuat Putri penasaran. Hey, what’s going on?
“Maukah kamu menikah denganku?” ucap Frendy pada akhirnya.
Putri melongo.Lalu terkikik pelan.Hari gini, jaman 2019?Frendy mengucapkan kata sebaku itu?
“Kok kamu ketawa?”
“Kamu… bahasamu, Fren!Hahaha!”
“Put, aku serius. Aku sudah suka kamu sejak kelas XI Put.Aku suka keceriaanmu, guyonanmu.Semuanya. Bahkan aku suka saat kamu bikin kisah cerpen gilamu yang isinya tentang aku dan Dewi yang kamu post di Page-nya FEST. Walau agak geram juga sih.”
Putri speechless. Otaknya mencerna apa yang diutarakan Frendy dengan kecepatan yang setara sama bekicot pincang. Sangat amat lambat sekali.Pake banget.
“Aku senang pas kita bisa sekelas lagi pas kelas XII. Aku suka kamu seneng ada di dekatku, mau bantu aku bikin tugas ini itu, mau jawab smsku, pokoknya kamu selalu ada, Put. lama- lama, rasa suka itu berubah jadi sayang. Dan naik level jadi cinta. Aku seneng banget pas kamu ngasih sarung sama CD berisi stop motion itu. Tapi aku bingung harus nanggepi apa. Aku belum pernah diberi perlakuan seperti ini sebelumnya Put. aku nggak punya panduan,”
“Ver..”
“Sampai saat kita terpisah karena aku harus kuliah di Jakarta pun, aku masih cinta kamu Put. Masih ngerasa bersalah juga karena nggak memberi tanggapan seperti apa yang kamu harapin. Aku dengar dari teman- teman, kamu galau tingkat dewo,” Frendy terkekeh sendiri mendengar pilihan diksinya.Ia jadi ingat, sudah berapa lama dia nggak main Dota? “Aku bertekad untuk sukses dulu sebelum bertemu lagi denganmu. And now, here I am.”
“Ver…”
“Mau kan jadi istriku?Yah, emang aku bukan manusia romantis yang bisa bikin surprise bombastis unuk memikat hatimu.Aku bahkan belum beli cincin, soalnya aku ingin kamu sendiri yang milih. Tapi aku serius dengan ini semua Put. apa yang aku rasakan ke kamu benar adanya,” Frendy menghela napas sesaat sebelum melanjutkan,”Dan kurasa nggak ada alasan untukmu menolak. Kamu ‘kan masih jomblo.”
Putri menitikkan air mata.Akhirnya Allah mengabulkan doanya.Doanya sejak bertahun- tahun yang lalu.Alhamdulillah… Terima kasih Ya Allah… Terima kasih
“Eh Put, jangan nangis! Ntar orang ngeliat mengira aku ngapa- ngapain kamu.Put…”
“Pokoknya aku mau bikin bedroom unik.Di sekeliling tempat tidurnya ada kolam. Jadi kalau bangun tidur mau renang tinggal nyemplung aja.” Kata Putri sambil membolak- balik buku desain interior di pangkuannya.
“Hah? Nggak sekalian aja buka kolam pancing di situ?Lumayan uangnya bisa buattambah beli beras.”
Putri merengut lalu mencubit lengan Frendy.Mebuat Frendy mengerang kesakitan. Lalu, dengan sebelah tangan, ia merangkul bahu Putri.
“Bercanda, sayang. Terserah deh kamu mau bikin kamar kayak gimana. Yang ada danaunya juga oke.Asal nggak ada dinosaurusnya aja.”
Putri tersenyum lalu menggenggam tangan Frendy yang sejak sebulan lalu resmi jadi suaminya. Cincin di jari manis mereka berdua berkilau tertimpa cahaya matahari. Hati mereka pun berkilauan berkat cahaya cinta yang menyelimuti.
Tamat! Sihiyyy! :D

Senin, 16 April 2012

Sadar nggak sih selama ini siapa yang selalu mendukung kita? Siapa yang selama ini selalu masakin kita, walau sekedar tempe goreng atau telor ceplok? Sadar nggak siapa yang selalu ada buat kita, apapun kondisinya? Bukan, bukan pacar atau apalah. But our beloved parents. Our beloved parent who alwayw be our biggest suporter, our listener, our helper. Kalo kadang- kadang kita dibuat sebel oleh mereka karena mereka ngomel- ngomel/ marah/ whatever pada kita, kia harus mengobservasi dulu apa sebabnya, misalnya:

1. Saat malam- malam, orangtua marahin kita gara- gara kita sibuk BBM-an/ SMS-an, padahal saat itu adalah waktunya belajar---> ya wajar lah! Secara, kita 'kan disuruh untuk berbat baik, belajar demi diri kita sendiri, eeeh malah merusak diri dengan SMS-an. Siapa coba yang nggak marah?
2. Tak ada angin tak ada kebakaran jenggot, tiba- tiba orangtua marah- marah nggak jelas---> Well, mungkin mereka lagi BT/ BM, masa' kita nggak bisa menolerir sih? Padahal pas kita lagi BT/ BM, orang-orang di sekitar kita bisa menolerir kelakuan kita itu. So why can't we? Let's study from 'em all!
3. Orangtua ngomel- ngomel dengan kata 'aku dulu bisa blablabla, kenapa kamu nggak bisa sepertiku', atau memukul/ mencubit/ membentak kita----> Well, in my opinion, it's not totally their mistakes. Menurut saya, hal ini berasal dari 'budaya' yang salah, yang diajarin turun temurun dari leluhur kita ke masa lalu, dan sampailah pada generasi orangtua kita. Maka dari itu, 'budaya' itu juga terpraktekkan pada kita. So, kita harus jadi generasi pelopor perubahan,buat menghilangkan 'budaya' rusak ini. Karena bagaimanapun, orangtua kita selalu mencintai kita. Cinta murni, tanpa syarat, tanpa meminta imbalan apapun. Bukan seperti cinta obralan yang biasa dijajakan oknum- oknum tertentu. Cuma, mereka belum tau bagaimana cara yang benar buat showing their love. So it's our time to let them know, how to show our love. Let's make a change! XD

Kamis, 08 Maret 2012


 Kepada sang waktu


Kepada sang waktu
Aku ingin kembali ke masa itu
Ketika debar jantung ini tak menentu
Kala lihatnya disitu

Mungkin ini cuma harapku
Namun, sungguh ku ingin begitu
Inginku putar roda w`ktu
Agar kita bisa jadi satu

Kepada sang mentari
Tunjukkan lagi sinar pagi
Cerahkan hari- hari
Kala dia ada disini

Ku tahu ini cuma halusinasi
Memori- memori yang terdistorsi
Tapi sungguh asa ini
Ingin lihatmu kembali

Kepada sang angin senja
Hembuskan lagi semua aromanya
Penuhi udara dengan wanginya
Agar ku percaya bahwa dia pernah ada

Kepada Sang Pencipta
Bisakah Kau kabulkan semua asa?